websejarah.com – Babad Tanah Jawi adalah salah satu karya sastra dan sejarah yang paling berpengaruh di Nusantara. Babad ini bukan sekadar catatan sejarah, tetapi juga campuran antara fakta, legenda, dan filsafat hidup masyarakat Jawa.
Melalui babad ini, kita bisa melihat bagaimana Jawa membangun peradabannya dari zaman kerajaan Hindu-Buddha, puncak kejayaan Majapahit, datangnya Islam, hingga berdirinya Mataram.
Artikel ini akan membawa Anda menjelajah isi Babad Tanah Jawi dengan gaya storytelling sehingga terasa hidup dan mengalir. Mari kita mulai dari awal, dari zaman Tarumanagara, kerajaan Hindu tertua yang tercatat di Jawa.
Babad Tanah Jawi mencatat bahwa Jawa pertama kali dihuni oleh kerajaan bercorak Hindu di wilayah barat, bernama Tarumanagara.
Kerajaan ini dipimpin oleh Raja Purnawarman yang memeluk agama Wisnu. Catatan Cina dari Fa Hien tahun 414 M menyebutkan bahwa di Jawa saat itu terdapat masyarakat tanpa agama dan sebagian kecil penganut Buddha.
Perdagangan menjadi nadi kehidupan sejak awal. Pada tahun 435 M, Ratu Jawa mengirim utusan ke Cina untuk mempererat hubungan dagang.
Bukti arkeologis berupa prasasti Ciaruteun menegaskan bahwa peradaban ini telah mengenal administrasi pemerintahan.
Setelah Tarumanagara, pusat peradaban bergeser ke Jawa Tengah. Di sinilah lahir kerajaan Kalinga yang dikenal dengan ratunya, Ratu Sima, seorang pemimpin tegas dan bijaksana.
Kerajaan ini menjalin hubungan dagang dengan Cina dan dikenal sebagai negara yang adil dan aman.
Perkembangan selanjutnya melahirkan Kerajaan Mataram Kuno. Prasasti dari abad ke-8 menyebutkan adanya raja bernama Sanjaya dan dinasti Syailendra yang mendirikan candi-candi megah seperti Borobudur, Mendut, dan Prambanan.
Mataram Kuno menjadi pusat kebudayaan, sastra, dan agama. Di Jawa, Hindu dan Buddha bisa hidup berdampingan, bahkan sering bercampur dalam bentuk sinkretisme.
Inilah masa di mana konsep Trimurti (Brahma, Wisnu, Siwa) dan ajaran Buddha berkembang pesat.
Namun, sekitar tahun 928 M, erupsi Gunung Merapi memaksa pusat pemerintahan pindah ke Jawa Timur. Inilah awal munculnya kerajaan-kerajaan baru seperti Kahuripan, Jenggala, dan Kediri.
Tokoh penting pada era ini adalah Raja Airlangga (Erlangga) yang memimpin dari Kahuripan. Ia dikenal sebagai raja bijaksana yang membangun bendungan di Sungai Brantas untuk pertanian dan mendukung perdagangan di Tuban.
Setelah wafat, kerajaannya dibagi menjadi dua: Jenggala dan Kediri. Pembagian ini bertujuan mencegah perebutan kekuasaan di antara dua putranya.
Namun, dalam sejarah, pembagian ini justru melemahkan kerajaan dan membuka jalan bagi kerajaan-kerajaan baru.
Kediri kemudian berkembang menjadi kerajaan yang masyhur dengan pujangga-pujangga seperti Empu Sedah dan Empu Panuluh yang menggubah kakawin Bharatayudha.
Babad Tanah Jawi mencatat kisah dramatis Ken Angrok, seorang rakyat biasa yang menjadi raja. Kisahnya penuh intrik, pembunuhan Tunggul Ametung, dan peran mistik keris Empu Gandring. Ken Angrok kemudian mendirikan Kerajaan Singasari dan menjadi leluhur raja-raja Majapahit.
Singasari berkembang pesat dan berhasil menundukkan Kediri. Namun, setelah Kartanagara, raja terakhir Singasari, dibunuh Jayakatwang dari Kediri, kerajaan ini runtuh.
Radèn Wijaya, menantu Kartanagara, menjadi tokoh penting setelah peristiwa runtuhnya Singasari. Dengan dukungan Wiraraja dari Madura dan pasukan Mongol yang dikirim Kublai Khan, ia berhasil mengalahkan Jayakatwang dan mendirikan Kerajaan Majapahit pada 1293.
Majapahit mencapai puncak kejayaan di bawah Prabu Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada. Sumpah Palapa yang diucapkan Gajah Mada menjadi simbol persatuan Nusantara.
Pada masa ini, hampir seluruh wilayah Nusantara berada di bawah pengaruh Majapahit.
Selain ekspansi politik, Majapahit juga mengalami kemajuan dalam perdagangan internasional, sastra, seni arsitektur, dan hukum. Nagarakertagama karya Mpu Prapanca menjadi sumber sejarah penting yang memotret kehidupan istana Majapahit.
Setelah wafatnya Hayam Wuruk, Majapahit melemah akibat perang saudara (Perang Paregreg) antara Bhre Wirabhumi dan Wikramawardhana.
Perlahan-lahan pengaruh Majapahit menyusut, hingga akhirnya pada 1478 Majapahit runtuh.
Pada saat yang sama, agama Islam berkembang di pesisir utara Jawa melalui para wali dan saudagar. Demak menjadi kerajaan Islam pertama yang menggantikan peran Majapahit. Sultan pertama, Raden Patah, diyakini masih memiliki darah keturunan Majapahit.
Demak berkembang pesat dan menjadi pusat dakwah Islam. Sultan Trenggana memperluas kekuasaan hingga Jawa Timur. Setelah Demak melemah, Pajang mengambil alih kekuasaan di bawah Sultan Hadiwijaya.
Kemudian muncul Sutawijaya, pendiri Kerajaan Mataram Islam, yang berhasil melepaskan diri dari Pajang dan memperluas pengaruh Mataram.
Di bawah Sultan Agung, Mataram mencapai kejayaannya dan bahkan menyerang Batavia (VOC) pada 1628-1629 meskipun gagal.
Selain mencatat sejarah, Babad Tanah Jawi sarat dengan nilai filosofi Jawa seperti ajaran tentang karma, kebijaksanaan, dan pentingnya keseimbangan antara manusia dan alam. Kisah-kisah seperti Ken Angrok, Gajah Mada, dan Sultan Agung bukan hanya cerita, tetapi cermin nilai kepemimpinan, keberanian, dan spiritualitas Jawa.
Babad Tanah Jawi bukan hanya milik masyarakat Jawa, tetapi juga warisan bangsa Indonesia. Dengan mempelajarinya, kita memahami akar budaya, peradaban, dan cara berpikir nenek moyang.
Bagi pelajar, guru, dan pemerhati sejarah, babad ini bisa menjadi pintu masuk untuk mempelajari hubungan antara mitos dan fakta sejarah, serta bagaimana sejarah digunakan untuk membangun identitas kolektif.
Periode / Tahun | Kerajaan / Tokoh | Peristiwa Penting |
---|---|---|
Abad 4 – 5 M | Tarumanagara (Raja Purnawarman) | Mendirikan kerajaan Hindu tertua di Jawa Barat, beragama Wisnu. Prasasti Ciaruteun mencatat pembangunan saluran air dan hubungan diplomatik dengan Cina. |
Abad 6 – 8 M | Kalinga (Ratu Sima) | Kerajaan di Jawa Tengah yang adil dan makmur, disebut Kalinga dalam catatan Cina. |
Abad 8 – 10 M | Mataram Kuno (Sanjaya & Dinasti Syailendra) | Pembangunan Candi Borobudur, Prambanan, dan Mendut. Agama Hindu-Buddha hidup berdampingan. |
928 M | – | Perpindahan pusat kerajaan ke Jawa Timur akibat letusan Merapi. |
1019 – 1042 M | Airlangga (Kahuripan) | Membangun bendungan Brantas, memajukan perdagangan di Tuban, dan menata pemerintahan. |
1042 M | Jenggala & Kediri | Kerajaan dibagi dua oleh Airlangga untuk menghindari perebutan takhta. |
Abad 12 M | Kediri (Jayabaya) | Masa keemasan sastra Jawa. Lahir kakawin Bharatayudha dan Ramayana versi Jawa. |
1222 M | Ken Angrok (Singasari) | Mengalahkan Kediri, mendirikan Kerajaan Singasari. Kisah keris Empu Gandring terjadi di periode ini. |
1292 – 1293 M | Raden Wijaya | Bersama pasukan Mongol, mengalahkan Jayakatwang dan mendirikan Majapahit. |
1350 – 1389 M | Hayam Wuruk & Gajah Mada | Puncak kejayaan Majapahit. Sumpah Palapa, penyatuan Nusantara, perdagangan internasional berkembang. |
1478 M | Keruntuhan Majapahit | Perang Paregreg dan konflik internal melemahkan kerajaan, membuka jalan bagi Islam. |
1500 – 1550 M | Demak (Raden Patah & Trenggana) | Kerajaan Islam pertama di Jawa. Menguasai pesisir utara Jawa, mendirikan Masjid Agung Demak. |
1568 – 1582 M | Pajang (Sultan Hadiwijaya) | Mewarisi kekuasaan Demak, menjadi penghubung antara era Demak dan Mataram. |
1582 – 1601 M | Mataram (Panembahan Senopati) | Awal kejayaan Mataram Islam, memperluas wilayah hingga Jawa Tengah dan Timur. |
1613 – 1645 M | Sultan Agung | Masa kejayaan Mataram Islam. Menyerang VOC di Batavia (1628-1629) dan memajukan budaya Jawa. |