Ringkasan Filsafat Cinta Eksistensialis Arthur Schopenhauer

websejarah.comArthur Schopenhauer adalah seorang filsuf yang mengembangkan pandangan mendalam mengenai kehidupan, penderitaan, kehendak (will), dan cinta.

Konsep-konsep utama dalam pemikirannya berakar pada tradisi filsafat Barat dan Timur, serta romantisisme, dan mengemukakan pandangan pesimistis tentang realitas manusia serta peran cinta sebagai ilusi biologis.

Filsafat Cinta Eksistensialis Arthur Schopenhauer


1. Akar Pemikiran Schopenhauer

Schopenhauer mengembangkan pemikirannya dengan pengaruh dari beberapa sumber utama:

Sumber FilsafatKonsep Utama
PlatoDualisme realitas: penampakan (appearance) & ide
Immanuel KantDualisme realitas: fenomena & noumena
RomantisismePentingnya seni dan musik, prinsip absolut, penderitaan
Filsafat OrientalKonsep nirvana, maya (ilusi dunia)

Kesimpulan: Schopenhauer memadukan konsep dualisme realitas dengan ide tentang penderitaan dan ilusi dunia untuk membangun kerangka filosofisnya.


2. Konsep Dunia sebagai Representasi

  • Dunia yang kita alami adalah representasi atau fenomena, yaitu penampakan yang bersifat ilusi (maya).
  • Ada dua entitas penting yang saling terkait:
  • Subyek representasi: yang mengetahui segalanya tetapi tidak diketahui.
  • Obyek representasi: objek yang diketahui, eksis hanya dalam relasi dengan subyek.
  • Keduanya tidak dapat dipisahkan dan eksis hanya dalam hubungan yang menghasilkan pengetahuan.

Intisari: Realitas yang kita alami hanyalah tabir ilusi, dan pengetahuan bergantung pada hubungan antara subyek dan obyek representasi.


3. Kehendak (Will) sebagai Realitas Sejati

  • Kehendak adalah “das Ding an sich” (sesuatu dalam dirinya sendiri) yang menjadi realitas metafisik di balik fenomena.
  • Kehidupan nyata yang tampak hanyalah mimpi dan ilusi optik.
  • Kehendak bersifat buta, tanpa tujuan, dan menjadi dasar dari segala eksistensi.
  • Manusia adalah makhluk metafisik yang mempertanyakan hakekat kehidupan.

Poin Penting: Kehendak adalah kekuatan dasar yang tidak sadar dan menggerakkan segala sesuatu, termasuk manusia.


4. Peran Akal dan Intelek

  • Akal dan kesadaran hanyalah permukaan jiwa.
  • Di bawahnya terdapat kehendak yang tidak sadar, yaitu kekuatan hidup yang abadi dan kuat.
  • Intelek hanya berfungsi sebagai pembantu kehendak, bukan pengendali utama.
  • Keinginan seseorang tidak didorong oleh alasan rasional, melainkan alasan dibuat untuk membenarkan keinginan tersebut.
  • Manusia didorong oleh naluri yang tidak disadari, bukan oleh apa yang dilihat atau dipikirkan.

Kesimpulan: Akal tidak mengendalikan kehendak; kehendak yang menggerakkan manusia secara mendasar.


5. Hakikat Hidup: Kehendak, Penderitaan, dan Kejahatan

  • Kehendak manusia tidak pernah terpenuhi secara penuh karena selalu ada rasa kekurangan.
  • Ketidakterpenuhan kehendak menimbulkan penderitaan yang tiada henti.
  • Kehendak dianggap sebagai sumber kejahatan karena menyebabkan penderitaan dan hilangnya kebahagiaan.
  • Hidup manusia adalah siklus penderitaan yang terus-menerus.

6. Pesimisme Universal

  • Penderitaan adalah struktur universal kehidupan manusia yang tiada henti.
  • Kebahagiaan hanyalah kelegaan sementara dari penderitaan, diikuti oleh kebosanan.
  • Kehidupan berulang dalam siklus penderitaan dan kebosanan.

Kesimpulan: Hidup manusia secara fundamental penuh penderitaan dan tidak ada kebahagiaan abadi.


7. Cara Mengatasi Penderitaan

Schopenhauer mengemukakan tiga jalan utama untuk mengatasi penderitaan:

JalanPenjelasanCatatan Penting
Estetis (Seni)Seni sebagai katarsis, melampaui ruang dan waktu. Musik adalah bentuk seni tertinggi yang menyentuh esensi hidup.Memberi kelegaan sementara, bukan pembebasan total
EtisMelalui kebajikan dan simpati (compassion) kepada sesama yang menderita. Membantu orang lain membawa kelegaan.Kasih sebagai dasar, egoisme sebagai lawan
AsketisMenyingkirkan kehendak dan keinginan (askesis), mencapai nirvana yang berarti pembebasan dari penderitaan.Pembebasan total dari kehendak, keadaan tanpa ego

8. Seni dan Musik

  • Musik dan seni tidak mengekspresikan perasaan spesifik, melainkan esensi universal dari berbagai perasaan seperti sukacita, penderitaan, dan kedamaian.
  • Seni memberikan kelegaan sementara dan jalan keluar dari penderitaan meskipun tidak membebaskan sepenuhnya.

9. Etika dan Simpati

  • Simpati kepada sesama yang menderita adalah tindakan etis yang mengurangi penderitaan.
  • Kasih tanpa pamrih (agape) dan keadilan merupakan contoh konkret dari jalur etis.
  • Namun, simpati dan seni tetap terkait dengan kehidupan nyata sehingga tidak sepenuhnya membebaskan dari penderitaan.

10. Asketisisme dan Nirvana

  • Semakin dalam keinginan, semakin dalam rasa sakit.
  • Cara mengatasi adalah dengan membebaskan diri dari kehendak dan keinginan melalui askesis.
  • Nirvana adalah keadaan ketiadaan (nothingness) yang membawa kedamaian dan pembebasan dari ego.

11. Bunuh Diri dan Kehendak

  • Bunuh diri bukanlah cara membebaskan diri dari kehendak.
  • Justru bunuh diri adalah manifestasi lain dari kehendak, yaitu kehendak untuk mengakhiri hidup.
  • Oleh karena itu, bunuh diri tidak menghilangkan penderitaan secara esensial.

12. Kehendak untuk Hidup dan Reproduksi

  • Setiap realitas memiliki kesadaran beragam, dan kehendak untuk hidup adalah kekuatan dinamis yang tidak rasional dan tanpa tujuan selain dirinya sendiri.
  • Kehendak untuk reproduksi adalah cara kehendak mengalahkan kematian dengan melanjutkan spesies.
  • Reproduksi adalah naluri paling kuat dan tujuan utama setiap organisme.
  • Perkawinan bukan untuk kesenangan individu, melainkan untuk kelangsungan spesies.

13. Cinta sebagai Ilusi

  • Dorongan biologis untuk reproduksi berada di bawah sadar dan mendesak manusia untuk melanjutkan spesies.
  • Cinta dianggap sebagai ilusi yang diciptakan manusia untuk memenuhi kehendak reproduksi.
  • Contoh ekstrem dari naluri ini ditemukan pada berbagai organisme yang mengorbankan diri demi keturunan.

14. Hukum Daya Tarik Seksual

  • Pemilihan pasangan ditentukan oleh kecocokan untuk kelangsungan keturunan.
  • Cinta dan hubungan dipengaruhi oleh tujuan biologis reproduksi, bukan oleh cinta sejati.

15. Kematian dan Akhir Kehendak

  • Melalui nirwana, individu meraih kedamaian tanpa kehendak.
  • Namun, kehidupan berlanjut melalui keturunan.
  • Penaklukan akhir atas kehendak adalah menghentikan reproduksi.
  • Perilaku reproduksi dianggap sebagai kejahatan karena memperkuat nafsu hidup dan penderitaan.
  • Kematian dan kepunahan ras dianggap sebagai penyelesaian penderitaan.

16. Pandangan Schopenhauer tentang Perempuan dan Reproduksi

  • Perempuan dianggap sebagai pelaku utama kejahatan reproduksi karena menggoda laki-laki untuk melanjutkan keturunan meskipun kehendak telah disadari.
  • Semakin sedikit interaksi dengan perempuan, hidup dianggap semakin aman dan menyenangkan.
  • Dengan meningkatnya intelejensi, kehendak reproduksi akan melemah dan ras akan punah, mengakhiri penderitaan.

17. Perbedaan Cinta Pria dan Wanita

  • Pria cenderung tidak setia, selalu menginginkan hal baru.
  • Wanita cenderung setia dan melekat pada satu pria.
  • Perbedaan ini dijelaskan secara biologis untuk mempertahankan keturunan.
  • Kesetiaan wanita adalah naluri untuk menjaga pelindung keturunan, sementara pria secara alamiah mencari variasi.

Kesimpulan Utama

  • Kehidupan manusia adalah siklus penderitaan yang tiada henti, yang disebabkan oleh kehendak yang tak pernah puas.
  • Cinta adalah ilusi biologis yang diciptakan untuk mempertahankan kelangsungan spesies, bukan berasal dari cinta murni.
  • Seni, etika, dan asketisisme adalah tiga jalan untuk mengurangi atau mengatasi penderitaan, tetapi hanya asketisisme yang menawarkan pembebasan sejati.
  • Reproduksi adalah manifestasi kehendak yang paling kuat, sekaligus sumber penderitaan dan kejahatan dalam pandangan Schopenhauer.
  • Akhir penderitaan dan kehendak hanya dapat dicapai dengan penghentian reproduksi dan kepunahan ras.

Referensi Pemikiran: Arthur Schopenhauer melalui karya dan pandangannya memberikan perspektif pesimistis yang mendalam tentang cinta, kehidupan, dan realitas, menekankan kehendak sebagai kekuatan metafisik yang mendasari segala sesuatu dan penderitaan sebagai sifat fundamental eksistensi manusia.

Nama asli saya Supriyadi dan populer Supriyadi Pro. Saya seorang Expert wordpress developer freelancer, content writer, editor. Memiliki minat besar pada dunia teknologi, sains, seni budaya, social media, dan blogging. Saya kelahiran suku Jawa, di Wonogiri, Jawa Tengah yang ahli bahasa Jawa dan seni gamelan. Silahkan hubungi saya lewat laman yang telah disediakan atau kunjungi website profil saya di https://supriyadipro.com

Artikel Terkait
Pan Islamisme Jamaluddin Al Afghani

Pan Islamisme Jamaluddin Al Afghani

Ilmu Laduni Al Ghazali

Ilmu Laduni Al Ghazali

Scientia Sacra Seyyed Hossein Nasr

Scientia Sacra Seyyed Hossein Nasr

Anarkhisme Epistemologi Paul K. Feyerabend

Anarkhisme Epistemologi Paul K. Feyerabend

Paradigma Ilmu Thomas Kuhn

Paradigma Ilmu Thomas Kuhn

Filsafat Cinta Eksistensialis Jean Paul Sartre

Filsafat Cinta Eksistensialis Jean Paul Sartre