websejarah.com – Bayangkan ruang kelas di mana siswa bukan sekadar menghafal tanggal atau tokoh, tetapi mampu memahami sebab dan akibat dari setiap peristiwa sejarah dengan cara yang interaktif dan mendalam. Itulah esensi dari penerapan Deep Learning dalam perangkat ajar Sejarah Kurikulum Merdeka.
Di era digital, pendekatan pembelajaran tradisional kini bertransformasi menuju pembelajaran berbasis kecerdasan buatan. Bagi guru Sejarah di SMA/MA, perangkat ajar berbasis Deep Learning menjadi solusi inovatif yang mampu meningkatkan literasi sejarah sekaligus kemampuan berpikir kritis peserta didik.
Untuk mendapatkan Perangkat Ajar Sejarah Deep Learning Kelas 10, 11, 12 SMA/MA, silahkan unduh melalui tautan yang kami sediakan di bawah ini:
Perangkat ajar Sejarah Deep Learning adalah seperangkat dokumen pembelajaran (modul ajar, tujuan pembelajaran, asesmen, dan lembar aktivitas) yang dirancang menggunakan pendekatan kecerdasan buatan untuk menumbuhkan pemahaman mendalam (deep understanding).
Berbeda dari RPP konvensional, perangkat ajar ini menekankan proses eksploratif di mana siswa belajar melalui analisis, simulasi, dan refleksi kritis menggunakan media digital seperti AI Chatbot, peta digital interaktif, hingga simulasi peristiwa sejarah 3D.
Kurikulum Merdeka menekankan pembelajaran berbasis kompetensi, bukan sekadar capaian kognitif. Dalam konteks Sejarah SMA/MA, capaian pembelajaran (CP) berfokus pada:
Deep Learning kemudian memperkuat pendekatan ini dengan kemampuan AI dalam menganalisis data besar (big data history), memberikan wawasan lintas waktu, serta membantu siswa memahami pola dan relevansi sejarah.
Menurut penelitian dari Stanford Center for Learning Sciences (2023), siswa yang belajar menggunakan pendekatan berbasis Deep Learning menunjukkan peningkatan pemahaman konseptual hingga 68% lebih baik dibandingkan siswa yang belajar dengan metode tradisional.
Dalam pembelajaran Sejarah, ini berarti siswa lebih mampu:
Deep Learning juga memfasilitasi personalisasi belajar. Misalnya, sistem AI dapat menyesuaikan tingkat kesulitan materi sesuai kemampuan individu siswa.
Di SMA Negeri 1 Yogyakarta, guru sejarah menggunakan modul ajar Deep Learning untuk topik “Perjuangan Diplomasi Kemerdekaan Indonesia”.
Siswa dibagi ke dalam kelompok dan menggunakan AI Chatbot untuk menganalisis pidato Soekarno dan dokumen diplomatik tahun 1945–1949.
Hasilnya, mereka bukan hanya memahami isi teks, tapi juga belajar bagaimana strategi diplomasi dilakukan dengan mempertimbangkan konteks geopolitik.
Dalam sesi refleksi, siswa menulis esai digital menggunakan platform AI Writing Assistant untuk menilai relevansi diplomasi masa lalu dengan situasi global saat ini.
Beberapa platform yang dapat mendukung perangkat ajar Sejarah berbasis Deep Learning antara lain:
Integrasi ini tidak hanya membuat pembelajaran lebih menarik, tetapi juga menumbuhkan kecakapan digital yang menjadi bagian dari Profil Pelajar Pancasila, terutama dimensi “bernalar kritis” dan “kreatif”.
Tantangan utama penerapan perangkat ajar Deep Learning di SMA/MA antara lain keterbatasan infrastruktur digital, kesiapan guru, serta literasi AI yang masih minim.
Solusinya meliputi:
Perangkat ajar Sejarah Deep Learning bukan sekadar inovasi teknologi, tetapi transformasi paradigma belajar. Siswa tidak lagi sekadar menjadi penerima informasi, melainkan penemu makna di balik sejarah bangsanya.
Dengan Kurikulum Merdeka, teknologi AI, dan semangat pembelajaran sepanjang hayat, Sejarah kini hidup kembali lebih relevan, lebih kritis, dan lebih bermakna.