websejarah.com – Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAI & BP) memiliki peran sentral dalam membentuk karakter peserta didik yang religius, berakhlak mulia, dan berdaya saing global.
Dalam konteks Kurikulum Merdeka, perangkat ajar menjadi fondasi utama untuk menciptakan proses belajar yang adaptif dan bermakna.
Artikel ini mengulas secara mendalam bagaimana konsep Deep Learning diterapkan dalam pengembangan Perangkat Ajar PAI & BP Kurikulum Merdeka, serta bagaimana pendekatan ini memperkuat dimensi spiritual dan moral melalui teknologi pendidikan modern.
Untuk mendapatkan Perangkat Ajar PAI & BP Deep Learning semua kelas, silahkan unduh melalui tautan yang kami sediakan di bawah ini:
Kurikulum Merdeka menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, fleksibel, dan kontekstual. Dalam mata pelajaran PAI & BP, perangkat ajar meliputi:
Ketiga komponen ini tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga menjadi jembatan antara tujuan pendidikan nasional dan perkembangan kompetensi spiritual peserta didik.
Istilah Deep Learning dalam konteks pendidikan tidak hanya merujuk pada kecerdasan buatan (AI), tetapi juga pada pembelajaran mendalam sebuah proses di mana peserta didik memahami makna, menerapkan nilai, dan merefleksikan konsep secara kritis.
Menurut penelitian dari Biggs dan Tang (2011), pembelajaran mendalam menghasilkan pemahaman konseptual yang lebih kuat dibanding pembelajaran permukaan (surface learning). Dalam PAI & BP, pendekatan ini mendorong siswa untuk:
Dengan dukungan teknologi digital, seperti learning management system (LMS) dan media interaktif, guru dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih personal, kolaboratif, dan kontekstual.
Perangkat ajar berbasis Deep Learning disusun secara sistematis untuk mengoptimalkan keterlibatan kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik. Adapun komponennya meliputi:
CP pada Kurikulum Merdeka untuk PAI & BP berorientasi pada empat dimensi utama:
ATP dirancang berbasis konsep scaffolding learning membangun pengetahuan secara bertahap dari yang sederhana menuju kompleks. Dalam konteks PAI & BP, guru menuntun siswa untuk mengaitkan konsep iman, ibadah, dan akhlak dengan realitas sosial.
Modul ajar berbasis digital memperluas akses dan kreativitas guru. Beberapa elemen penting di dalamnya meliputi:
Penerapan Deep Learning dalam PAI & BP dapat mengikuti enam prinsip utama menurut Entwistle (2018):
Kurikulum Merdeka memberi kebebasan bagi guru untuk memanfaatkan teknologi sesuai kebutuhan pembelajaran. Beberapa contoh penerapan teknologi berbasis Deep Learning antara lain:
Hasil studi dari UNESCO (2023) menunjukkan bahwa penggunaan teknologi dalam pendidikan agama meningkatkan retensi nilai moral hingga 35% dibanding metode konvensional. Hal ini menegaskan pentingnya inovasi pedagogis yang berakar pada data ilmiah dan nilai spiritual.
Agar perangkat ajar PAI & BP berbasis Deep Learning berjalan efektif, guru perlu menerapkan strategi pedagogis berikut:
Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan hasil belajar, tetapi juga membentuk kepribadian islami yang kokoh di tengah tantangan era digital.
Kurikulum Merdeka mengusung visi Profil Pelajar Pancasila, yang memiliki enam dimensi karakter utama. Pembelajaran PAI & BP berbasis Deep Learning mendukung seluruh dimensi tersebut:
Dengan demikian, perangkat ajar berbasis Deep Learning bukan hanya mendukung capaian akademik, tetapi juga membentuk pelajar berkarakter dan berdaya spiritual tinggi.
Beberapa tantangan yang dihadapi dalam implementasi perangkat ajar PAI & BP berbasis Deep Learning antara lain:
Perangkat Ajar PAI & BP Deep Learning Kurikulum Merdeka merupakan inovasi pendidikan yang menggabungkan nilai-nilai keislaman dengan pendekatan teknologi dan pedagogi modern.
Melalui pembelajaran mendalam, peserta didik tidak hanya memahami ajaran agama secara tekstual, tetapi juga menginternalisasi nilai-nilai moral dalam kehidupan nyata.
Dengan penerapan yang konsisten, dukungan teknologi, dan penguatan kapasitas guru, Kurikulum Merdeka dapat melahirkan generasi pelajar yang beriman, berakhlak mulia, dan siap menghadapi tantangan global.
Inilah arah baru pendidikan agama yang tidak hanya mengajarkan teks, tetapi juga membangun konteks menuju pendidikan Islam yang humanis, digital, dan berkelanjutan.